JADILAH PRIBADI YANG BAIK DAN CERDAS 728x90.id

Rabu, 13 April 2011

Bertambah Kaya dengan Mensejahterakan Orang Lain

Sebagian orang sering lupa bahwa hakikat membantu orang lain, baik membantu dalam hal keuangan, mengajarkan ilmu pengetahuan, membantu biaya pendidikan, mencarikan pekerjaan, memberikan jalan bisnis dan lainnya adalah ‘membantu’ diri kita
sendiri. Lho kok bisa begitu, bagaimana ceritanya? Mari kita kupas hal itu. Hakikat orang memberi makan orang lain adalah memberi makan dirinya sendiri,
karena pemberian itu merupakan amal yang akan bermanfaat di akhirat. Sedangkan manfaat di dunia, kita akan mendapatkan imbalan rejeki, karena orang yang kita beri makan akan mendo’akan kelancaran rejeki kita. Hakikat orang mengajar ilmu

pengetahuan adalah mengajar dirinya sendiri karena dengan mengajar, ilmu yang diajarkan tidak akan lupa, malah semakin diingat dan berkembang. Hakikat orang membantu mencarikan pekerjaan bagi orang lain adalah meringankan pekerjaan bagi diri sendiri karena dengan kebaikan tersebut orang yang kita bantu biasanya balik membantu, memberikan peluang bisnis lain, dan sebaginya. Kalau pun tidak, Allah sendiri yang akan membantu dari jalan yang tidak disangka - sangka.
Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya kalian akan diberi pertolongan dan akan diberikan rejeki oleh Allah, manakala kalian mau menolong, membantu dan memberi kepada orang - orang yang lemah dan menderita dalam kehidupan”.
Jangankan menolong orang lain, membantu binatang pun kita akan mendapatkan kebaikan, sebagaimana sabda Rasulullah :
”Seorang perempuan pelacur Bani Israel yang telah mendapatkan ampunan, karena pada suatu hari ia melewati seekor anjing yang kehausan hampir mati. Maka perempuan pelacur itu melepaskan sepatunya dan mengikatkannya dengan penutup mukanya, lalu ia mengambil air dengan sepatu itu untuk diminumkan kepada anjing tersebut. Maka ia pun diampuni karenanya”.
Saya mengamati orang – orang yang sukses secara finansial, ternyata diantara mereka terdapat benang merah atau kesamaan, dimana mereka itu adalah orang – orang yang bermanfaat bagi orang banyak (masyarakat). Misalnya pengusaha sukses, dia telah membantu banyak orang mendapatkan pekerjaan (membantu mensejahterakan pegawainya). Anda juga bisa memperhatikan sistem perusahaan Multi Level Marketing (MLM). Dalam sistem itu, semua anggotanya diajak untuk berhasil dan untuk itu perusahaan MLM menyediakan sarana dan pelatihan. Semakin berhasil
anggota yang ada dibawah (down line), maka anggota yang diatasnya (up line) semakin sukses. Demikian juga pemilik perusahaan MLM, sangat berkepentingan agar semua anggotanya sukses karena itu akan menambah kesuksesannya. Kisah Muhammad Yunus, pendiri Grameen Bank di Banglades, saya yakin merupakan bukti nyata kebenaran ayat – ayat Allah dan hadits Nabi. Grameen Bank
adalah perusahaan unik yang didirikan dengan tujuan tunggal menyalurkan kredit mikro kepada kaum miskin di Banglades. Grameen Bank berkembang berkat niat tulusnya sekitar 25 tahun lalu. Ketika itu dia mengajar ekonomi di salah satu universitas di Banglades yang sedang di landa kelaparan. Di dalam kelas dia mengajarkan teori ekonomi yang muluk – muluk dengan antusiasme sebagai seorang doktor yang baru lulus dari Amerika. Namun ironisnya, selesai mengajar dan keluar kelas dia langsung melihat kerangka hidup (orang - orang kurus kering karena kelaparan) berkeliaran di sekelilingnya. Itulah sebabnya ia merasa apa yang ia pelajari dan apa yang ia ajarkan
hanyalah khayalan, tak punya arti dalam kehidupan mereka. DR. Muhammad Yunus akhirnya mempelajari kehidupan orang -orang kampung untuk mengetahui apakah ada sesuatu yang bisa dikerjakan untuk membantu mereka. Yunus kemudian mulai memberikan bantuan modal kepada seorang ibu pembuat dingklik (kursi kecil) bambu. Bermula dari situ kemudian berkembang dan semakin banyak ibu-ibu yang dibantu. Untuk memenuhi kebutuhan modal tersebut, Yunus berhasil meyakinkan dan meminjam dari bank di kampusnya. Dari satu desa, usaha Yunus berkembang menjadi ratusan desa. Pada tanggal 2 Oktober 1983, Yunus secara resmi mendirikan sebuah bank yang diberi nama Grameen Bank. Kini bank tersebut bekerja di lebih dari 46.000 desa di Banglades melalui cabangnya sebanyak 1.267, dengan jumlah pegawai lebih dari 12.000 orang. Pinjaman yang disalurkan lebih dari 4.5 milyar dollar AS.
Pada tahun 2004, Muhammad Yunus melakukan terobosan yang tidak lazim. Bank itu membidik 10.000 pengemis disekitar Banglades sebagai nasabahnya. Ia berobsesi menjadikan pengemis itu menjadi pengusaha. Cara yang dilakukan pun sangat unik. Berikut ini penuturannya, “Kami pergi kepada para pengemis dan saya bilang pada mereka, “Coba lakukan tugas bapak ibu seperti biasa. Mengemis dari rumah ke rumah. Tapi kali ini bawalah permen, es lilin, kacang, kue - kue kering, atau barang dagangan apa saja. Kalau kamu capek mengemis, tawarkan dagangan, dan kalau capai lagi,
mengemislah lagi. Nah sekarang Anda punya pilihan : menjadi pengemis atau pedagang asongan’. Mungkin pada beberapa rumah mereka mengemis, dan pada rumah - rumah lainnya berjualan”. Yunus mungkin ‘gila’ karena untuk ‘bisnis’ itu, ia sama sekali tidak menarik untung. Semua pinjaman diberikan tanpa bunga dan biaya apa pun. Bahkan jangka waktu pengembaliannya juga cukup panjang (long term) dengan angsuran hanya 3,4 sen seminggu. Pengemis itu pun masih di tutup asuransi jiwa tanpa membayar premi. Sungguh ini adalah sebuah contoh perusahaan yang dibangun untuk sesuatu yang mulia. Perusahaan yang tidak mengejar untung jangka pendek, tetapi menciptakan keuntungan dalam jangka panjang dengan terbentuknya komunitas yang ia bangun.
Komunitas yang terbangun, dalam jangka panjang akan menjadi sumber penghasilan. Kalau kita memperhatikan ilmu marketing (pemasaran), disana kita menemukan inti dari ilmu itu adalah memuaskan kebutuhan konsumen / pelanggan sehingga mereka menjadi loyal. Tidak ada artinya produk dan jasa sebagus apa pun bila tidak memenuhi kebutuhan apalagi memuaskan konsumen. Konsumen membeli produk dan jasa karena mereka berharap manfaat dari yang dibelinya. Berapa pun harganya bila konsumen membutuhkan, konsumen akan berusaha membayarnya. Jadi konsumen atau siapapun adalah mitra untuk hidup sejahtera. Semakin orang lain atau konsumen loyal menggunakan produk dan jasa kita, loyal membantu atau loyal dalam banyak hal, maka hidup kita semakin mudah dan semakin sejahtera. Pepatah mengatakan teman seribu masih kurang, musuh satu terlalu banyak. Begitulah kita hidup, harus saling tolong menolong. Allah maha penolong dan Dia tidak pernah kehabisan dengan yang dimilikinya. Selain itu kita mesti ingat bahwa apa pun
yang diperbuat, baik atau pun buruk akan mendapatkan balasan yang setimpal.
“Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan sebesar zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan sebesar zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya”.
Q.S Az-Zalzalah (99) : 7 - 8

”Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri”.
Q.S Al-Israa (17) : 7

Cepat atau lambat apa yang dilakukan hasilnya akan kita terima. Islam memang tidak mengenal hukum karma, tetapi Islam memberikan ganjaran atau balasan setimpal kepada siapapun yang berbuat baik ataupun buruk. Kalau boleh saya memberikan perumpamaan, apa pun yang kita lakukan ibarat melempar bola ke tembok. Semakin kencang bola dilemparkan, semakin keras kita menerima bola. Dalam bahasa Mario Teguh – Business Effectiveness Consultant, dalam membina karir, bisnis dan kehidupan yang baik itu memiliki tujuh kesejajaran yang menarik dengan upaya seseorang yang
bermain tenis melawan dinding (Media Indonesia, 22 September 2004). Dalam bermain tenis, pertama, kita harus ‘serve’ untuk memulai. Ini berarti, kita harus memulai (melayani) lebih dulu bila kita ingin hubungan dengan siapa pun menjadi baik. Kedua, menyesuaikan kekuatan pukulan dengan kemampuan mengembalikan. Dinding akan mengembalikan bola sesuai dengan kekuatan pukulan. Kita harus menyesuaikan kekuatan pukulan dengan kemampuan kita menerima kembalian dari
dinding itu. Kita tidak bisa menjanjikan pelayanan yang berada diluar kemampuan pribadi dan organisasi kita untuk memenuhinya. Itu sebabnya kita harus membangun kemampuan melayani yang lebih besar untuk bisa berperan lebih besar dalam masyarakat. Ketiga, Belajar dari bagaimana dinding mengembalikan pukulan. Pendapat mengenai kualitas kita ada pada mereka yang melihat. Kita tidak bisa menuntut bahwa
kita pandai, bila orang lain tidak melihat kita bersikap dan berperilaku pandai. Dengan demikian, mempelajari bagaimana menyenangkan orang (pelanggan) adalah cara terbaik untuk meningkatkan keefektifan pelayanan pribadi. Keempat, bila kita memberikan tipuan, dia akan juga menipu kita. Karir, bisnis dan kehidupan ini bersifat ’inert’ . Dia menjadi seperti apa yang kita perlakukan. Semakin kita bertindak jujur dalam karir, bisnis dan kehidupan, semakin dinding itu berlaku fair kepada kita, dan sebaliknya. Kelima, dinding yang seimbang akan berdiri tegak. Tidak ada seorang pun bisa berdiri tegak bila dia tidak menyeimbangkan antara pekerjaan, istirahat dan rekreasi
yang cukup. Keenam, dinding akan memainkan permainan apa pun yang kita pilih. Maka pilihlah permainan dengan baik. Bila orang memilih permainan kecil, hidup juga akan memberikan karir dan bisnis yang kecil pula. Bila dia memilih permainan besar dan yang besar kegunaannya bagi banyak orang, hidup juga memilihkan karir dan kehidupan yang besar pula baginya. Ketujuh, semakin baik bermain, semakin baik perspektif kita. Orang yang belum ahli akan bermain dekat-dekat dengan dinding. Setelah dia menjadi ahli, dia bisa memukul dan menerima bola dari jarak yang lebih jauh. Karena jarak itulah dia bisa melihat dan memperhatikan banyak hal, dan pandangan yang lebih luas itulah yang
membuatnya lebih bijak. Semua cerita dan ulasan diatas semoga membukakan pintu hati kita semua. Sehingga pada akhirnya kita bisa mengatakan bahwa semakin banyak berbagi (dan melayani), semakin banyak menerima. Bila pada pribadi masing-masing orang sudah tertanam pemahaman dan keyakinan seperti itu, maka bersiap - siaplah untuk hidup dalam kelimpahan kekayaan penuh keberkahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar